Lebih dari 30 pesantren dari berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Tengah turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Seluruh peserta yang hadir akan terintegrasi dalam jaringan HEBITREN Sulawesi Tengah sebagai bagian dari gerakan kolektif untuk mewujudkan kemandirian ekonomi pesantren berbasis komunitas dan nilai-nilai syariah.
“Melalui kegiatan ini, kami harapkan terjadi peningkatan pemahaman mengenai strategi pengelolaan usaha yang berorientasi pada pemberdayaan komunitas, meliputi sektor pertanian, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), serta industri kreatif. Sinergi dengan Bank Indonesia dan mitra strategis lainnya diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas pengelolaan ekonomi pesantren secara lebih profesional, produktif, dan berdaya saing,” jelas Rony Hartawan.
Menurut Rony, di tengah ketidakpastian global yang semakin meningkat belakangan ini, ekonomi syariah dapat menjadi solusi kerangka ekonomi baru yang mendukung implementasi kebijakan ekonomi yang lebih inklusif dan inovatif.
Peluang ekonomi syariah masih sangat besar secara global dengan perputaran uang pada bidang Halal food dan Modest fashion mencapai lebih dari 4000 triliun rupiah. Selain kedua bidang tersebut, beberapa bidang yang memiliki kontribusi cukup besar bagi perekonomian syariah antara lain Media & Recreation, Halal Pharma, Halal Cosmetic, dan Muslim Friendly Travel.