“Dalam perayaan Nyepi, kita semua diingatkan untuk merenungkan diri, menjaga harmoni, serta melaksanakan Catur Brata Penyepian yang terdiri dari Amati Geni (tidak menyalakan api, termasuk api amarah), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelangunan (tidak menikmati hiburan),” kata dia.

Orang nomor dua di Kota Palu itu menyebut, Upawasa sebagai bentuk pengendalian diri adalah bagian penting dari refleksi ini. Dengan menjalankan Catur Brata Penyepian dan Upawasa, umat Hindu berusaha untuk mengendalikan nafsu, mengurangi keterikatan pada dunia material, serta mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa.

Dari tema yang diangkat, lanjutnya, menggarisbawahi pentingnya melayani sesama manusia (Manawasewa) dengan tulus, serta menjaga keharmonisan dengan alam semesta (Madawasewa).

“Nilai-nilai ini sejatinya sesuai dengan semangat yang terkandung dalam Nyepi, yaitu introspeksi diri demi keseimbangan kehidupan,” ungkapnya.

Melalui penerapan Catur Brata Penyepian dan semangat Upawasa, umat Hindu diajak untuk menghilangkan segala bentuk egoisme dan lebih fokus pada pengabdian.

Hal ini menjadi landasan kokoh untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan berdaya saing, guna mencapai tujuan besar Indonesia Emas 2045 Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera dalam keberagaman. RHT