Genjatan senjata pun bukan solusi untuk konflik panjang antara Israel-Palestina, berulang kali pula genjatan senjata disepakati antara kedua belah pihak. Namun selalu dikhianati oleh militer Israel sehingga penyerangan terus dilakukan ke wilayah Palestina, Gaza. Sejatinya Israel hanya paham bahasa perang bukan bahasa perdamaian. Mereka haus dengan darah rakyat Palestina, Gaza lantaran ambisius mereka ingin diakui dunia keberadaannya dan merebut tanah suci Palestina.

Solusi Palestina bukan hanya sekedar kecaman dari pemimpin negeri kaum Muslim. Palestina butuh kemerdekaan atas negeri mereka yang terjajah. Mereka menginginkan keamanan dan ketentraman hidup di Tanah Air mereka.

Penderitaan muslim Palestina berlangsung di depan mata, tanpa ada yang mampu menolong. Apalagi para penguasa Muslim sudah terbelenggu dengan ikatan Nasionalisme. Ikatan Nasionalisme telah membuat sekat-sekat dalam diri umat, Nasionalisme merupakan faham barat yang membuat negeri Muslim terpecah belah menjadi beberapa negara.

Konsep Nasionalisme telah dipegang erat dan menjadi peninggalan pemahaman yang sukses dari para penjajah. Nasionalisme dalam artian penduduk diluar dari negaranya berati bukan menjadi tanggung jawabnya. Maka tidak heran lagi, jika tidak ada negara yang peduli atau bahkan yang mampu menurunkan militernya untuk membantu etnis muslim yang tertindas di negeri lainnya.

Negara antar negara memiliki batas kewenangan, sekat antar negara membatasi gerak antar muslim untuk menolong saudaranya tertindas, kuatnya militer hingga canggihnya persenjataan menjadi tidak berguna untuk membebaskan saudara seakidah. Semuanya karena satu konsep yang bernama Nasionalisme.