sebanyak 61 warga yang terluka telah dibawa ke rumah sakit, sehingga jumlah korban luka selama agresi militer Israel menjadi 113.274 orang. Sejak Israel melanjutkan serangannya pada 18 Maret, lebih dari 700 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 1.200 lainnya terluka.
Juru bicara kelompok dakwah ideologis internasional di Palestina menggambarkan pada saat Gaza sedang dibom, penduduknya tidak punya apa-apa lagi untuk melindungi mereka dari sinar matahari, apalagi dari serangan udara dan tembakan artileri. “Ini adalah agresi yang oleh pemimpin penjahat Zion*s Yahudi sendiri digambarkan sebagai lebih keras dan lebih brutal dari sebelumnya, yang mendapatkan lampu hijau dari Trump, sebagaimana dilaporkan oleh Wall Street Journal,” ucapnya.
Ia menilai, agresi tersebut menjadi perang tirani Tentara Salib-Zion*s Yahudi terhadap umat Islam selama Ramadan yang penuh berkah. Selain itu, ia mengkritisi para mediator, baik Arab maupun asing, yang tidak berbuat apa pun untuk Gaza. “Kondisi saat ini makin memperjelas bahwa mereka tidak lebih dari sekadar mediator bagi musuh yang berupaya mengamankan pembebasan tawanan Yahudi dan lebih menghargai mereka daripada rakyat Gaza,” cetusnya.
Sampai saat ini konflik Israel-Palestina tidak menemukan titik terang atau solusi yang mampu menyelesaikan permasalahan diantara keduanya. Berkal-kali permasalahan ini menjadi perhatian bahkan dirundingkan dalam lembaga sekelas PBB namun nyatanya tak kunjung berakhir. Setiap tahun berulang kali pula masyarakat palestina selalu menyambut Ramadhan dengan suasana yang mencekam.