Selain itu, Masaat menuturkan bahwa di SMPN 14 Palu, kegiatan keagamaan seperti zikir bersama, arahan kepala sekolah, serta kultum yang dibawakan siswa rutin dilakukan setiap Jumat, tak hanya di bulan Ramadan.

“Kebiasaan ini bukan sekadar kegiatan seremonial Ramadan saja. Setiap Jumat, kami terus jaga tradisi zikir, kultum, dan pembinaan moral. Bahkan di kelas-kelas juga dilanjutkan kultum setelah arahan bersama,” tambahnya.

Dalam pesantren Ramadan ini, siswa dibagi sesuai kemampuan dalam membaca Al-Qur’an. Siswa yang sudah lancar membaca dipisahkan dengan yang masih belajar Iqra, sementara yang berbakat tilawah juga diberi ruang untuk mengasah kemampuannya.

Masaat berharap, kegiatan ini mampu membentuk karakter siswa yang lebih baik lagi. Bukan hanya soal pemahaman agama, tetapi juga implementasi nilai-nilai kebaikan di luar sekolah.

“Kami ingin membangun generasi yang tak hanya cerdas secara akademik, tapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Sekolah adalah tempat belajar, tapi bagaimana mereka mengamalkan kebaikan di luar sekolah, itu yang terpenting,” tuturnya.

Menariknya, Masaat juga memastikan bahwa siswa non-Muslim pun tetap mengikuti kegiatan keagamaan sesuai keyakinan masing-masing. “Yang terpenting, kebersamaan di bulan suci ini tetap terjaga,” pungkasnya.

Pesantren Ramadan di SMPN 14 Palu bukan hanya soal ibadah, tapi juga menanamkan nilai-nilai kemanusiaan. Dari sekolah, mereka belajar, lalu mengamalkan, karena sejatinya, ilmu yang paling bermanfaat adalah yang diamalkan dan dirasakan oleh sesame.*ENG