Kemudian yang keempat, adalah pendapat yang dipilih oleh Imam Ibnu Qayyim. Menurut beliau tiga pendapat sebelumnya menyempitkan makna ibadah itu sendiri. Membuat ibadah yang sangat luas ini menjadi terbatas. Menjadi sempit. Padahal ibadah itu tanpa batas. Sehingga ibadah yang terbaik menurutnya, adalah melakukan sesuatu dalam rangka mencari ridha Allah Subhaanahu wa Ta’aala sesuai dengan tuntutan waktu dan kondisinya. Tanpa Batasan tertentu.
Misalnya ibadah yang utama Ketika sudah ada panggilan jihad dan musuh sudah mengepung kita, yaitu berjihad di jalan Allah Subhaanhu wa Ta’aala. Sekalipun harus terpaksa meninggalkan salat malam, atau berpuasa di siang hari. Bahkan harus terpaksa tidak menyempurnakan salat wajib dan menggantinya dengan tata cara salat khauf.