Pola hidup manusia saat ini menunjukkan tendensi aktivitas serba cepat bahkan hidup menjadi tergesa-gesa sebagai dampak dari modernisasi. Kemajuan teknologi dan budaya konsumtif telah menciptakan ritme kehidupan yang instan, namun kerap kali terasa hampa seakan tak bermakna. Hal ini juga memberikan dampak signifikan terhadap lingkungan dan kehidupan sosial.

Namun pada akhirnya banyak individu mulai merenungkan nilai dan tujuan hidup mereka. Situasi ini memicu munculnya gerakan seperti “slow living” sebuah gaya hidup yang menekankan pentingnya kualitas dibandingkan kuantitas dan “voluntary simplicity” suatu gaya hidup yang mengedepankan pengurangan konsumsi barang-barang yang tidak esensial. Adanya keinginan untuk hidup dengan lebih sadar, memperlambat ritme kehidupan, dan kembali kepada prioritas yang esensial.

Fenomena ini tentu adalah bagian dari siklus kehidupan yang tidak dapat diingkari oleh siapapun. Sebagaimana teori siklus yang sejak lama telah dicetuskan oleh Ibnu Khaldun seorang cendikiawan muslim asal Tunisia. Teori siklus ini berlaku dalam berbagai aspek kehidupan, kekuasaan, kesuksesan, kejayaan dan seterusnya pada akhirnya semua akan berlalu. Siklus hidup secara umum memiliki tendensi yang sama, yaitu berangkat dari fase awal pertumbuhan menuju puncak dan pada akhirnya akan memasuki fase penurunan kemudian kembali seperti pengaturan awal.

Kontribusi signifikan yang diberikan oleh Ibnu Khaldun dalam bidang ilmu sosial di antaranya adalah teori siklus sejarah. Teori ini menjelaskan bahwa masyarakat mengalami empat fase yang berulang, yaitu: (1) Fase Kebangkitan (al-ibda): Pada fase ini, masyarakat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat di berbagai bidang, termasuk ekonomi, politik, dan budaya; (2) Fase Kegemilangan (az-zaman at-tsaqif): Masyarakat mencapai puncak prestasi dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan; (3) Fase Kemerosotan (ad-daur): Pada fase ini, masyarakat mulai mengalami kemunduran dan krisis di berbagai bidang, seperti ekonomi, politik, dan sosial; dan (4) Fase Keruntuhan (al-haad): Di fase terakhir, masyarakat menghadapi kehancuran dan kekacauan.

Menurut Ibnu Khaldun, siklus ini terjadi karena kecenderungan manusia untuk mengulangi kesalahan yang sama dalam sejarah dan gagal belajar dari pengalaman masa lalu. Dalam setiap siklus, faktor-faktor seperti ketidakadilan, korupsi, dan kelemahan moral berkontribusi pada kemerosotan dan akhirnya keruntuhan masyarakat.

Pada zaman dulu kakek kita melakukan hampir seluruh aktivitas dengan berjalan kaki sejauh apapun. Kemudian, ayah kita melanjutkan dengan berjalan kaki sesekali dibantu dengan tunggangan hewan sperti kuda, sapi atau kerbau. Saat ini, kita telah beralih ke berbagai moda transportasi, seperti sepeda motor dan mobil, serta bersepeda. Anak-anak kita kini menggunakan kendaraan yang lebih baik daripada yang kita miliki, dan pada siklus berikutnya, cucu kita menggunakan kendaraan yang lebih canggih dan lebih mahal. Namun, ada kekhawatiran bahwa cicit kita mungkin akan kembali beraktivitas dengan berjalan kaki.

Makna dari siklus ini adalah masa sulit melahirkan individu yang kuat, sementara individu yang kuat akan menciptakan masa yang lebih mudah. Namun, masa yang mudah dapat menghasilkan individu yang lemah, dan individu yang lemah akan kembali menghadapi masa yang sulit. Setiap fase dalam siklus kehidupan seharusnya diisi dengan semangat juang yang diwariskan dari generasi ke generasi. Penting untuk menanamkan doktrin tentang daya juang, agar kita senantiasa berusaha keluar dari zona nyaman. Sebab, musuh utama dari kesuksesan adalah zona nyaman itu sendiri.

Bagi yang sedang berjuang di fase perkembangan tetap semangat menuju masa sukses, yang sedang berjaya tetap bersyukur dan rendah hati dalam menjalani fase puncak, dan bagi yang sedang tersungkur jatuh bahkan berada di titik terendah pun jangan pernah menyerah karena setiap fase dalam siklus kehidupan akan terus berganti. Tidak ada yang pasti di dunia ini kecuali ketidakpastian itu sendiri dan semua yang sedang terjadi pasti akan berlalu meninggalkaan fasenya menuju ke fase berikutnya.**