SULTENG RAYA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sulawesi Tengah dan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Sulteng menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) “Strategi Pengembangan Durian Sulawesi Tengah untuk Meningkatkan Akses Keuangan dan Pasar Ekspor”.
Kegiatan itu berlangsung di Sriti Convention Hall, Jalan Durian, Kota Palu, Rabu (5/3/2025).
Kepala OJK Sulteng, Bonny Hardi Putra, mengatakan, pertumbuhan ekonomi 10,29 persen – banyak didominasi sektor pertambangan, sementara sektor pertanian dan kehutanan masuk dalam sektor industri yang berkembang dalam analisis OJK.
“OJK memiliki peran penting untuk mengembangkan ekonomi daerah dalam amanat UU P2SK 2023, namun ini tidak bisa dilakukan jika tanpa kolaborasi dengan pemerintah daerah. Kita semua membutuhkan lebih, dari hanya akses keuangan,” kata Bonny.
Menurut data yang berhasil dihimpun OJK Sulteng, kredit telah diberikan kepada 65 pelaku usaha komoditi durian dengan plafon kredit sebesar Rp16,5 miliar.
Dikumpulkannya lintas sektor pada FGD kali ini, lanjut Bonny, adalah untuk merumuskan strategi yang tepat demi mengembangkan sektor pertanian daerah, terutama pada sektor komoditi durian.
“TPAKD sudah terbentuk peningkatan inklusi dan literasi, namun kita usul ada pembentukan forum koordinasi lagi lintas sektor lagi untuk penguatan, nanti kita bisa membuat program kerja disana, program pengembangan ekonomi daerah,” kata Bonny.
Sementara itu, Kepala Bagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Sulteng, Budi Hamdani, mengatakan, OJK akan melakukan business matching antara packing house durian dan pihak perbankan; merumuskan strategi yang baik, melihat tantangannya seperti apa, dan skema pendanaannya.
“Kita perlu diskusi apa tantangannya, kapan mulai ekspor itu dari teman-teman packing house. Kita nanti bisa pakai wadah forum koordinasi untuk membantu dalam berbagai hal karena di dalamnya terdapat lintas sektor,” ungkap Budi.
OJK kedepan akan melakukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan kepada petani durian dan packing house terkait literasi keuangan.
“Kita akan mengetahui model pembiayaan seperti apa untuk percepatan peningkatan akses keuangan dan pasar ekspor ini dari pelaku usaha maupun packing house,” kata Budi.
Sementara itu, Akademisi FEB Untad, Khairul Anam mengapresiasi kegiatan itu yang menurutnya sangat menarik karena mencoba masuk menyentuh salah satu potensi di Sulteng yakni komoditi durian.
Namun demikian, Khairul Anam memberikan sejumlah catatan yakni OJK atau forum koordinasi yang dibentuk untuk segera melakukan pendampingan terhadap invonasi dan teknologi produk hortikultura sektor itu.
“Kemudian, masalah selanjutnya harus ditindaklanjuti yakni belum ada jaminan harga pemerintah sehingga fluktuasi olehnya harus ada, karena daya tawar petani kita lemah sehingga harus diatur, kemudian keterbatasan sarana produksi. Mudah-mudahan ini menjadi perhatian,” katanya.
Perwakilan Bappeda Sulteng, Muhammad Saleh mengatakan, Forum Koordinasi yang akan dibentuk lebih kurangnya nyaris sama dengan apa yang akan dibentuk Pemprov ihwal sektor pertanian. Ia berharap, ada sinergi yang terbentuk dalam kesamaan visi tersebut.
“Program Gubernur Anwar Hafid ada banyak program “BERANI”. Nah, dalam hal ini, ada yang berhubungan dengan asta cita juga dan bertautan dengan topik kita ini, yakni “BERANI Panen Raya”. Kami harapkan ini bersinergi, kita ketemu ibu Sekda sama-sama bawa konsep ini, ibu pasti terkesima,” kata Muhammad Saleh. RHT