SULTENG RAYA – PT Vale Indonesia Tbk (IDX Ticker: INCO) dan entitas anaknya mengumumkan capaian kinerja yang telah diaudit untuk 2024, Rabu (26/2/2025).
Produksi nikel dalam matte dan pengiriman nikel matte Perseroan pada 2024 masing-masing sekitar 1 persen (%) dan 2% lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi produksi dan pengiriman pada 2023.
“Tahun 2024 telah menjadi perjalanan yang luar biasa, penuh dengan pencapaian, tantangan, dan pelajaran berharga. Saat kita merenungkan tahun ini, kita merayakan pencapaian kita dan mempertimbangkan tantangan yang telah kita atasi dan yang masih ada di depan. Tahun ini adalah tentang pertumbuhan, transformasi, adaptasi, dan menciptakan cerita yang lebih besar dan lebih bermakna lagi,” kata CEO dan Presiden Direktur Perseroan, Febriany Eddy dalam keterangan resminya.
Salah satu pencapaian menonjol Perseroan tahun ini yakni berhasil menyelesaikan proses divestasi, berkat dukungan luar biasa dari Pemerintah Indonesia dan pemangku kepentingan utama seperti MIND ID, Vale Canada Limited, dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. Proses ini tidak hanya memenuhi persyaratan regulasi; tetapi juga memperkuat hubungan strategis kami dengan negara.
“Tonggak sejarah ini menandai masuknya PT Vale ke era baru tata kelola perusahaan, mengadopsi praktik terbaik sebagai perusahaan publik. Ke depan, kami bertujuan untuk meninjau dan meningkatkan proses dan sistem bisnis kami agar lebih efisien dan efektif,” katanya.
Dikatakan Febriany Eddy, perpanjangan izin operasional menjadi IUPK tanpa pelepasan lahan merupakan tonggak penting, yang menegaskan kembali kepercayaan Pemerintah Indonesia kepada PT Vale sebagai mitra yang tepat untuk mengembangkan sumber daya nikel Indonesia.
Hal itu, kata dia, mencerminkan komitmen untuk memajukan pemrosesan hilir sambil menegakkan praktik penambangan berkelanjutan, yang sepenuhnya sejalan dengan visi Indonesia untuk pengembangan sumber daya yang bertanggung jawab.
“IUPK yang diperbarui ini juga menegaskan kembali janji kami untuk memastikan keberlanjutan operasi kami di seluruh wilayah konsesi PT Vale, termasuk Sorowako, Pomalaa, Morowali, dan lokasi eksplorasi lainnya,” katanya.
Tahun 2024 juga menjadi tahun bersejarah dengan pembaruan peringkat risiko ESG kami dari Sustainalytics, yang mencapai peringkat sedang.
“Kami bangga menjadi satu-satunya perusahaan pertambangan nikel di Indonesia dalam kategori ini, bersama para pemimpin global dalam industri yang sama. Hal ini adalah bukti bahwa keberlanjutan bukan hanya sebuah konsep, tetapi praktik yang tertanam dalam operasi harian kami,” tuturnya.
Produksi PT Vale pada tahun 2024 mencapai 71.311 metrik ton (t), melampaui target tahunan sebesar 70.805 t dan melampaui produksi tahun lalu sebesar 70.728 t. Sementara itu, volume penjualan pada tahun 2024 mencapai 72.625 t, meningkat sebesar 2% dibandingkan tahun 2023 dan sebesar 8% secara kuartalan (4T24 vs 3T24).
Meningkatnya volume penjualan nikel matte pada 4T24 berkontribusi pada EBITDA Perseroan yang tercatat sebesar AS$54,1 juta pada triwulan keempat, menandai peningkatan sebesar 15% dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, EBITDA kami tetap positif dan kuat berada di level AS$225,9 juta.
Meskipun menghadapi tantangan yang melibatkan biaya satu kali proses pemisahan dari Vale Base Metal pasca divestasi, Perseroan berhasil mempertahankan biaya tunai penjualan per unit agar tetap kompetitif pada AS$9.374 per ton pada tahun 2024.
“Ini adalah biaya tunai terendah selama tiga (3) tahun terakhir, dibandingkan dengan AS$10.034 per ton pada tahun 2023 dan AS$11.201 per ton pada tahun 2022. Pencapaian ini merupakan hasil dari volume produksi yang lebih tinggi dan upaya berkelanjutan dalam inisiatif penghematan biaya,” katanya.
Selanjutnya, Perseroan membukukan laba bersih sebesar AS$6,7 juta pada 4T24, dan AS$57,8 juta secara setahun penuh. Laba bersih tersebut setelah memperhitungkan kerugian yang belum terealisasi atas pengakuan nilai wajar aset derivatif (hak partisipasi atas investasi Perseroan di PT KNI dan PT HNI).
“Penting untuk digarisbawahi bahwa esensi dari penyesuaian harga derivatif ini adalah kerugian yang belum terealisasi yang bersifat non-operasional, sehingga laba bersih kami yang dinormalisasi adalah AS$14,6 juta pada 4T24 dan AS$73,3 juta secara setahun penuh,” ucap Febriany Eddy.
Pada triwulan IV 2024, konsumsi HSFO dan diesel masing-masing turun 15% dan 10%, sementara konsumsi batubara naik 22% jika dibandingkan dengan 3T24. Peningkatan konsumsi batubara diimbangi dengan penurunan konsumsi HSFO dan diesel. Kecuali diesel, harga rata-rata HSFO dan batubara pada 4T24 masing-masing turun 5% dan 4% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Selama tahun 2024, Perseroan telah mengeluarkan belanja modal sekitar AS$332,1 juta, utamanya untuk peningkatan pengeluaran belanja modal pertumbuhan dan sustaining.
Saldo kas akhir Perseroan per 31 Desember 2024 adalah AS$674,7 juta, mencerminkan fundamental yang kuat untuk mendukung komitmen Perseroan dalam memberikan nilai bagi pemegang saham di tahun 2025. */RHT