SULTENG RAYA- Sejumlah guru di SMPN 4 Palu mengeluhkan kurikulum merdeka di hadapan tim yang diutus oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) yang melakukan survei terkait kurikulum merdeka, di sejumlah satuan pendidikan di Indonesia, Jumat (8/11/2024).
Terdapat empat guru masing-masing guru senior, guru penggerak, guru P3K, dan guru muda, semuanya mengeluhkan kurikulum yang dicetuskan oleh Mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim.
Para guru tersebut menilai kurikulum ini sebenarnya belum siap diterapkan di satuan pendidikan, dalam arti sangat dipaksakan untuk digunakan, sehingga sekolah dan guru belum siap menerapkan, namun harus menerapkan karena tuntutan dari pusat, sehingga hasilnya pun tidak maksimal.
Belum lagi kurangnya panduan yang jelas dalam kurikulum ini, membuat guru kesulitan untuk mengembangkan strategi pengajaran yang efektif. Hal ini juga dapat menyebabkan perbedaan dalam metode pembelajaran antar sekolah dan guru. Sebagai akibatnya, ada kesenjangan dalam kualitas pembelajaran antara satu sekolah dengan yang lain.
Kepala SMP Negeri 4 Palu, Hj. Farida Batjo saat ditemui juga mengaku kurikulum ini masih perlu kajian yang mendalam memastikan kesiapan sekolah, guru, dan orang tua. Kurikulum ini katanya tidak perna disosialisasikan di tingkat satuan pendidikan, tetiba diterapkan secara nasional. “Inikan ujuk-ujuk langsung diterapkan, sekolah belum siap, guru belum siap, sarana di sekolah belum siap, begitu juga orang tua,”sebut kepsek.
Belum lagi guru penggerak yang diciptakan Nadiem, membangun dikotomi guru di sekolah, ini dinilai sangat berbahaya. “Guru penggerak sangat sibuk ke sana kemari, anak-anak di dalam kelas kurang terurus, ini ciptaan Mas Menteri,”sebut Kepsek kesal.
Kurikulum Merdeka sebut kepsek, hanya memposisikan guru sebagai tenaga pengajar, bukan lagi sebagai tenaga pendidik, akibatnya karakter dan moralitas peserta didik sangat tidak sesuai Profil Pelajar Pancasila. Tidak heran banyak peserta didik berani melawan guru dan orang tua, karena memang guru tidak lagi berperan sebagai pendidik hanya sekadar tenaga pengajar.
Padahal fungsi guru sebenarnya kata kepsek tidak hanya sebagai tenaga pengajar, melainkan juga tenaga pendidik dan sikolog, dan hal ini sepertinya tidak dipahami oleh Mas Menteri Nadiem Makarim karena terlalu berkiplat dengan pendidikan barat.
“Fungsi guru itu ada tiga, atau kita sebut Tri Fungsi Guru yakni pengajar, pendidik, dan sikolog, jika ini berfungsi dengan baik, maka kita akan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual namun juga generasi yang berkarakter baik,”sebutnya. ENG