SULTENG RAYA – Pesantren di Indonesia kini mengalami transformasi, menjadikannya sebagai pilihan utama dalam pendidikan, bukan lagi sebagai alternatif terakhir.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Tengah, H. Mohsen Alaydrus, saat ditemui Senin (21/10/2024). Katanya santri di pesantren saat ini tidak hanya dibekali dengan ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, termasuk bidang teknologi.

H. Mohsen Alaydrus mengungkapkan bahwa minat masyarakat Islam di Indonesia Timur, khususnya Sulawesi Tengah, untuk menyekolahkan anak-anaknya di pesantren masih tergolong rendah. “Hal ini berbeda dengan masyarakat di Pulau Jawa, di mana pesantren menjadi pilihan pertama bagi pendidikan anak-anak mereka. Apalagi sekarang banyak pesantren modern yang tidak lagi identik dengan kesan tradisional, seperti hanya mengenakan sarung,” jelasnya.

Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya animo masyarakat di wilayah Indonesia Timur untuk memilih pesantren sebagai institusi pendidikan utama bagi anak-anak mereka. Salah satunya adalah kurangnya informasi yang sampai kepada masyarakat tentang kemajuan yang telah dicapai oleh pesantren-pesantren saat ini. “Banyak yang masih beranggapan bahwa pesantren hanya mengajarkan ilmu agama tanpa memberikan bekal keterampilan lain yang dibutuhkan di dunia kerja modern,” tambahnya.

Transformasi yang terjadi di pesantren-pesantren, baik dalam hal kurikulum maupun fasilitas, membuatnya semakin kompetitif dengan lembaga pendidikan formal lainnya. Santri tidak hanya dididik untuk memahami ajaran agama, tetapi juga diajarkan keterampilan praktis, mulai dari bidang teknologi, bisnis, hingga seni.

Pernyataan ini disampaikan dalam rangka peringatan Hari Santri yang dirayakan dengan upacara apel akbar yang diikuti oleh 12 ribu santri. Dengan tema “Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan”, peringatan ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Alkhairaat, yang merupakan pesantren terbesar di Sulawesi Tengah, Selasa (22/10/2024).

Selain apel akbar, berbagai kegiatan lain turut memeriahkan acara tersebut, antara lain penanaman pohon, senam sehat, serta expo hasil karya santri. Produk-produk yang dihasilkan dari berbagai pesantren dipamerkan di expo ini, yang menjadi bukti nyata bahwa pesantren kini mampu menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki keterampilan yang relevan untuk masa depan.

“Melalui pendidikan di pesantren, kami mempersiapkan generasi penerus bangsa yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan spiritual. Pesantren juga telah membangun ekosistem akademik yang baik, sehingga para santri lahir sebagai pemuda yang terampil dan siap menghadapi tantangan zaman,” tambahnya.

Lebih lanjut, H. Mohsen menegaskan bahwa transformasi pesantren tidak hanya terjadi dalam kurikulum pendidikan, tetapi juga dalam layanan administrasi yang kini mulai beralih ke digitalisasi. “Digitalisasi di pesantren sudah menjadi keharusan, dan ini merupakan salah satu dari tujuh program prioritas Kementerian Agama,” ujarnya.

Kementerian Agama juga telah mengadakan pelatihan-pelatihan untuk mendukung proses digitalisasi tersebut.

Ia pun menegaskan bahwa stigma pesantren sebagai lembaga pendidikan yang tradisional harus dihilangkan. Pesantren kini telah bertransformasi menjadi lembaga yang mampu bersaing di era modern, mempersiapkan generasi yang terampil dan siap menghadapi masa depan. ENG