SULTENG RAYA-Setiap memomen pelaksanaan pemilihan kepala daerah, kerap kali didengar namanya serangan fajar, membagian sembako dan uang, sebagai biaya politik calon kepada masyarakat pemilih.
Fenomena ini dinilai oleh Rektor Unismuh Palu, Prof. Dr. H. Rajindra SE, MM sebagai pembodohan kepada masyarakat, cara-cara seperti itu katanya tidak akan menjadikan masyarakat sebagai pemilih rasional.
Selain menjadikan masyarakat prakmatis, juga akan menambah beban biaya politik para kandidat. Untuk itu Ia meminta agar para kandinat baik di tingkat provinsi, kota, dan kabupaten agar berhenti melakukan cara-cara yang tidak mendidik membeli suara rakyat dengan harga yang murah.
Para kandidat dan tim pemenangan harusnya ikut bertanggungjawab mendidik masyarakat menjadi pemilih rasional, perkenalkan calon dan visi misinya ke masyarakat agar masyarakat pemilih dapat mengenal para calon dan visi misinya, sehingga mereka bisa menentukan pilihannya.
“Jangan kasi sembako dan uang, itu akan menjadikan masyarakat prakmatis, itu mendidik masyarakat kita tidak bagus, cukup perkenalkan calonmu dan visi misinya seperti apa, biarkan masyarakat yang menentukan pilihannya nanti di TPS,”ujar Prof Rajindra, pekan kemarin.
Disisi lain, Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Sulawesi Tengah ini meminta kepada masyarakat untuk menjadi pemilih rasional dengan cara mengenal para calon, track recordnya dan visi misinya.
“Sebenarnya tidak cukup mengenal calon dan visi misinya, tapi juga track recordnya, apa memang dia selama ini berpihak kepada masyarakat, perna berbuat sesuatu untuk kepentingan masyarakat, lembaga pendidikan, rumah ibadah, fasilitas umum, dan sebagainya, atau hanya sekadar wacana, seharusnya itu yang diperhatikan masyarakat, jadilah pemilih rasional, ingat mereka itu (calon terpilih) akan memimpin kita lima tahun kedepan,”jelas Prof Rajindra.
Sebenarnya kata Prof Rajindra, penyebab masyarakat masih mau menerima sembako dan uang dari para kandidat maupun dari tim pemenangannya disebabkan karena kondisi ekonomi masyarakat. Jika kondisi ekonomi masyarakat baik-baik saja, tentu tidak akan menerima pemberian tersebut. Karena pasti mereka memahami, bahwa sembako dan uang itu adalah harga murah dari sebuah pilihan politik.
“Ini adalah faktor ekonomi, dikasi sedikit saja (sembako) sudah mati-matian mendukung. Berbeda jika ekonominya bagus, pasti menolak. Jikapun menerima sembako dan uang, pilihan sebelumnya belum tentu berubah,”ujar Prof Rajindra.
Inilah katanya yang harus dituntaskan oleh para kandinat yang terpilih, siapapun dia, baik di tingkat provinsi, kota, dan kabupaten harus bisa mensejahterakan masyarakat, dalam arti memudahkan terciptanya lapangan kerja, bermudah akses permodalan bagi masyarakat, akses pasar hasil pertanian dan sebagainya.
“Jangan setelah duduk menjadi penguasa, lebih sibuk mengurusi mantan tim suksesnya dari pada mengurusi masyarakatnya,”ujar Prof Rajindra. ENG