SULTENG RAYA – Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako (Untad), Abdul Rahman melakukan pengembangan rumah pupuk di Arboretum Untad sebagai kawasan belajar lapangan, laboratorium alam, penelitian dan memperdalam kegiatan pengabdian masyarakat, di Kelurahan Tondo, Kota Palu.
Pengembangan rumah pupuk tersebut yakni dengan melakukan kegiatan pembuatan pupuk kompos dari limbah dan serasah pohon trambesi dengan tujuan untuk peningkatan produktivitas lahan di lokasi tersebut, sekaligus menjadi upaya meningkatkan kemampuan – kemandirian dosen dan mahasiswa dalam pembuatan pupuk kompos.
Berdasarkan penelitian Adnyawati et al., 2012; Paloloang et al., 2016; Naharuddin et al., 2023, selama ini, permasalahan pengelolaan lahan di Kelurahan Tondo yakni produktivitas lahan yang memiliki masalah struktur tanah dan kandungan hara.
Kawasan Arboretum berada pada Kelurahan Tondo memiliki iklim yang relatif kering dengan bahan induk berupa pasir kuarsa, dan jenis tanah yang memiliki cadangan unsur hara yang rendah sehingga menyebabkan tanah terbentuk mempunyai tingkat kesuburan tanah atau tingkat produktivitas tanah yang rendah (Taiyeb, 2023).
Menurut Abdul Rahman, selama ini pengelolaan lahan Arboretum Fakultas Kehutanan Untad sebagai kawasan koleksi tanaman berkayu atau pohon sering mengalami permasalahan pertumbuhan tanaman karena struktur tanah dan kandungan hara yang berada di kawasan tersebut.
Salah satu alternatif yang dapat diterapkan yakni pengadaan dan pemberian pupuk sebagai bahan organik dan humus yang dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan sifat fisik, kimia, biologi tanah dan mengandung unsur hara makro maupun mikro, sehingga makin banyak pula ketersediaan unsur hara bagi tanaman.
Potensi Tanaman trembersi (Samanea saman Jacq Merr) merupakan salah satu tanaman yang dominan tumbuh di Untad, sementara limbah dan serasah daun trembesi tidak termanfaatkan dan hanya dijadikan sampah bagi institusi.
“Kehadiran kegiatan pendampingan pembuatan pupuk kompos tersebut membantu mengurangi volume sampah organik daun dan batang tanaman yang tidak termanfaatkan, mengurangi polusi, dan menjaga kebersihan lingkungan,” kata Pelaksana Kegiatan sekaligus Dosen di Fakultas Kehutanan, Abdul Rahman dalam keterangan tertulis yang diterima Sulteng Raya, Ahad (6/10/2024).
Selain itu, kata dia, kawasan arboretum memiliki koleksi 500 tanaman berkayu membutuhkan pupuk minimal 2000 kilogram (kg) per tahun, sehingga adanya kegiatan pendampingan pembuatan pupuk menjadi sarana penyediaan pupuk berkelanjutan.
Menurut hasil penelitian Utomo dan Purwanti (2023), seresah atau limbah tanaman trembersi dapat dimanfaatkan sebagai penyubur tanah atau untuk memulihkan kesehatan tanah (Maulidia et al., 2023), meningkatkan pertumbuhan, hasil dan parameter hasil yang sebanding dengan aplikasi pupuk NPK (Farabi et al., 2023).
“Apresiasi peserta pada kegiatan tersebut, mereka bersyukur dapat ikut dalam kegiatan pembuatan pupuk kompos, karena bisa membantu orangtua sebagai petani dan masyarakat lainnya dalam usaha pembuatan pupuk dimasa mendatang, selain itu merek memandang pembuatan pupuk organik ini bisa menjadi bisnis bagi institusi atau masyarakat ke depan,” katanya.
“Kegiatan pendampingan pembuatan pupuk seperti ini sangat diperlukan dalam dunia pendidikan dan akan dilakukan secara berkelanjutan dengan media yang berbeda,” ujarnya menambahkkan.
Dikatakan Abdul Rahman, melalui kegiatan itu, peserta dapat belajar secara langsung tentang konsep daur ulang, mengajarkan nilai-nilai penumbuhan karakter dalam tanggung jawab kepedulian terhadap lingkungan, dan dapat memberikan kontribusi keterampilan praktis dalam berwirausaha.
“Ke depan pengembangan rumah pupuk akan melakukan pendampingan pembuatan pupuk cair, pupuk kompos hasil limbah rumah tangga dan menggunakan media tanaman lainnya yang sangat melimpah di alam yang selama ini hanya dianggap sampah,” ujarnya.
Pelaksana kegiatan dan pengelola Arboretum sangat berterima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) dan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako, telah mendanai dan mendukung program pengabdian pembuatan pupuk kompos dari limbah tanaman trembesi. Harapannya kegiatan seperti ini perlu secara berkelanjutan dan dilakukan mandiri oleh pengelola Arboretum untuk menjadi unit usaha yang berkontribusi kepada institusi. */RHT