RAYA – Merah Putih Institute (MPI) menggelar Forum Group Diskusi (FGD) series 1 dengan mengangkat tema “Hilirisasi dan Lingkungan, Bagaimana Masa Depan Ruang Hidup Kita?”  yang berlangsung di lantai 4 ruang rapat Perpustakaan  Nasional Republik pada Rabu (21/8/2024).

Dalam kegiatan itu, menghadirkan narasumber nasional yang terdiri dari Pramu Risanto selaku Tenaga Ahli LHK RI, Zenzi Suhadi Direktur Eksekurif Nasional Walhi, Vivaldi Emri Nobel Koordinator Nasional PKN Mapala dan Yudi Prasetyo selaku Ketua Bidang dan Lingkungan MPI.

Ketua Bidang Ekonomi dan Lingkungan MPI, Yudi Prasetyo melihat kebijakan hilirisasi merupakan bentuk kemandirian negara dalam mengelola sumber daya alam.  Selain meningkatkan pertumbuhan ekonomi, hilirisasi mampu mengurangi angka dan menurunkan angka pengangguran karena terbukanya lapangan pekerjaan baru.

Yudi menjelaskan, kemudian hilirisasi harus menyasar pada semua sektor baik kelautan ataupun pariwisata, dalam hal ini tentunya wajib mengedepankan kaidah-kaidah lingkungan sebagaimana Pasal 33 ayat 3 yang berbasis wawasan lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan agar pelestarian lingkungan bisa dilakukan secara maksimal.

Dalam kegiatan tersebut, Yudi secara terbuka menyarankan agar kebijakan hilirisasi ini tidak terfokus pada satu sektor saja yakni pertambangan, sebab pertambangan sangat memungkinkan terjadinya deforestasi yang akan berdampak pada rusaknya lingkungan dan membahayakan kesehatan masyarakat sekitarnya.

“Kebijakan hilirisasi ini tentu harus melihat dampak positif dan negatifnya, karena hilirisasi dapat memungkinkan menarik minat asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia, selain itu pemerintah harus tegas dalam penegakan hukum, yang ketika perusahaan-perusahaan tersebut tidak tunduk dan patuh terhadap undang-undang yang berdampak pada kerugian negara dan terkhususnya masyarakat yang hidup di wilayah tersebut,” kata Yudi melalui rilisnya yang diterima Sulteng Raya pada Kamis (22/8/2024).

Yudi menjelaskan, Merah Putih Institute (MPI) merupakan organisasi kepemudaan yang tersebar di setiap provinsi dan kabupaten/kota yang selalu mengadakan forum-forum diskusi dengan mengangkat tema mengenai isu tentang kondisi kebangsaan.

Kondisi lingkungan hari ini kian parah dan sangat mengancam ruang hidup rakyat, apabila kebijakan hilirisasi ini terus memprioritaskan hanya pada sektor pertambangan. Karena bagi Yudi ketika pertambangan dijadikan sebuah upaya untuk peningkatan kesejahteraan maka negara gagal dalam menterjemahkan Undang-Undang Dasar 1945 yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. “Olehnya pemerintah harus bertanggung jawab atas segala persoalan kebangsaan tanpa harus mengorbankan anak bangsa,” ujar Yudi yang juga kader Lembaga Pariwisata dan Pecinta Alam Islam (LEPPAMI) HMI Cabang itu.

Sementara, Safruddin Abas selaku Ketua Merah Putih Institute (MPI) mengimbau agar forum-forum seperti ini terus terjaga dan selalu melibatkan masyarakat luas. Pada kesempatan ini juga dirinya atas nama organisasi mengucapkan terima kasih kepada narasumber dan seluruh peserta yang hadir di kegiatan ini.

“Diskusi “Hilirisasi dan Lingkungan” ini diharapkan dapat menemukan win win solution agar dapat menjadi titik balik dalam melihat persoalan lingkungan yang menggunakan basis Development Goals () serta berbagai hal yang membutuhkan atensi publik sebagai control system, harapannya kedepan negara Indonesia yang pada usia 79 tahun ini mampu terus bergerak menuju kebaikan bersama,” harap Yudi Prasetyo dalam sesi terakhir pemaparannya.

Diketahui, Forum Group Diskusi ini juga dihadiri oleh beberapa organisasi mahasiswa dan aktivis lingkungan di seputaran Jakarta, baik dari HMI, KOHATI, LEPPAMI serta teman-teman dari Mahasiswa Pecinta Alam.*/YAT