SULTENG RAYA-Anggota Komisi X DPR RI Sofyan Tan, menegaskan jika pendidikan di Indonesia harus berbasis riset jika negara ini ingin maju sebagaimana Korea Selatan.
Hal tersebut disampaikan saat mengunjungi Universitas Tadulako dalam Pembekalan Mahasiswa KIP Kuliah dengan Tema “SDM Unggul Menuju Indonesia Emas Tahun 2045”, di Aula Fakultas Kedokteran, Selasa (19/ 3/2024).
Katanya, Indonesia saat ini menghadapi Bonus Demokrafi, dimana angkatan kerja muda produktif jauh lebih banyak dibanding dengan usia tua non produktif. Artinya usia muda yang membutuhkan lapangan kerja juga jauh lebih banyak dari pada lapangan kerja yang ada.
Akibatnya, jika kondisi ini tidak termanajemen dengan baik akan menjadi masalah baru bagi negara ini.
Salah satu yang dapat menangani kondisi tersebut adalah melalui pendidikan dan pendidikan yang berbasis riset. Sebagaimana di Korea Selatan, negara yang selisih dua hari dari usia Indonesia. Korea Selatan merdeka dari penjajah 15 Agustus 1945, sementara Indonesia Merdeka dari penjajahan 17 Agustus 1945. Namun dari sisi pencapaian Indonesia tertinggal jangat jauh dari Korea Selatan.
Korea Selatan sebut Sofyan Tan, mampu mengespor Samsung ke seluruh dunia menyusul mobil Hyundai mulai memasuki setiap negara di dunia. Sementara Indonesia hanya mampu menikmati apa yang telah diproduksi Korea Selatan tersebut.
Korea Selatan kata Sofyan mampu mencapai hal itu karena jumlah penduduknya sekitar 80 persen adalah sarjana, sementara Indonesia kini baru mencapai 4,5 persen penduduknya mencapai pendidikan perguruan tinggi atau sekitar 12,44 juta jiwa yang sarjana.
Belum lagi para peneliti di Korea Selatan betul-betul berupaya menghasilkan sesuatu produk yang dapat dikembangkan dan bermanfaat bagi orang banyak, bahkan para peneliti mendatangi perguruan tinggi untuk bermitra melakukan riset dan menemukan inovasi baru.
Berbeda dengan Indonesia, para peneliti hanya sekadar agar bisa mendapatkan dana hibah dari pemerintah dan bisa menghasilkan jurnal. Hasil risetnya tidak bisa dikembangkan atau tidak menghasilkan apa-apa kecuali sekadar jurnal.
Untuk itu, Ia berharap kedepan pendidikan Indonesia harus lebih termanajemen dengan baik, bahkan pendidikan harus berbasis riset. Sekaligus ia berharap agar para penerima KIP-Kuliah di Untad dapat memanfaatkan KIP-Kuliah nya dengan sebaik-baiknya.
“Jujur saya iri dengan para penerima KIP-Kuliah sekarang, karena saya dulu harus bersusah payah untuk membiayai kuliah, karena berasal dari keluarga miskin. Untuk itu, gunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Rektor Untad, Prof. Dr. Ir. Amar ST., MT mengucapkan selamat datang dan terimakasih kepada anggota komisi X DPR RI itu yang sudah berkenan datang dan mengunjungi di Universitas Tadulako.
Kehadiran Sofyan Tan itu sebut Prof Amar merupakan berkah tersendiri bagi kampus yang dipimpinnya itu. Karena selain memberikan pencerahan terkait perkembangan dunia pendidikan juga bisa memberikan semangat pada pengembangan Untad ke depan. ENG