SULTENG RAYA – Desa Luk Panenteng, Kecamatan Bulagi Utara, Kabupaten Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah mulai dikenal di Indonesia lantaran destinasi ikonik Danau Paisupok. Destinasi wisata bahari, dengan “air biru” jernih yang sedap dipandang mata.

Karena keindahannya, desa itu nyaris tidak sepi pengunjung. Baik lokal, regional, nasional, bahkan internasional. Untuk sampai di lokasi itu, pengunjung harus menempuh perjalanan laut menggunakan kapal dari Teluk Lalong, Kabupaten Banggai dengan jarak tempuh kurang lebih dua setengah jam.

Akses jauh penuh adrenalin itu pula, jadi tantangan tersendiri yang ‘bayarannya’ adalah keindahan Danau Paisupok dan spot indah lainnya di lokasi itu.

Keberadaan destinasi wisata dengan pengunjung konsisten tentunya membutuhkan infrastruktur memadai, termasuk soal akses keuangan digital.  Sebab saat ini, orang lebih takut tidak membawa gawai dibanding tidak membawa dompet. Kemanapun dan dimanapun!.

Peluang itu yang kemudian dimanfaatkan pasangan suami istri Hengky dan Arly Mansa untuk menjadi agen BRILink.

Di desa itu, “Kios Hengky” menjadi satu-satunya agen dari BRI yang menjalankan program inklusi keuangan milik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) lewat instrumen program Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai).

“Sudah dari 2017, kami dipercaya BRI untuk jadi agen BRILink disini. Sekitar enam tahun,” kata Arly Mansa, kepada Sulteng Raya, Ahad, 29 Oktober 2023.

Arly Mansa merasa bersyukur menjadi satu-satunya agen BRILink di desa itu. Ia dapat membukukan hingga 20 lebih transaksi setiap hari dengan layanan keuangan dasar seperti tarik tunai, setor tunai, transfer, bayar token listrik, pulsa yang dimanfaatkan pengunjung dan masyarakat lokal. “Ya, lumayan untungnya,” katanya.

Ia menceritakan perjuangannya ketika awal menjadi agen meski di lokasi itu akses jaringan belum memadai. Bahkan, kata dia, saat koneksi internet tidak bagus, dirinya harus naik ke bukit-bukit di sekitar kediamannya agar mendapatkan koneksi internet untuk bisa memenuhi transaksi masyarakat.

Dulu itu, sampe naik ke gunung baru dapat jaringan, tapi lantaran sudah ada tower, jaringan mulai bagus sekarang sudah satu tahun terakhir,” ungkapnya.

“Masyarakat sangat-sangat terbantu dengan adanya torang (kami, red) jadi agen ini. Karena disini ini, hampir 100 persen nasabah BRI, jadi semua mereka transaksi disini,” tambahnya.

Menurutnya, keberadaan agen Laku Pandai di pelosok menjadi penting perannya untuk mengakomodasi keinginan masyarakat menyimpan dana di bank.

Tak ketinggalan juga, dengan potensi bahari yang luar biasa itu, wisatawan dari penjuru negeri pasti menjadikan Desa Luk Panenteng alternatif tujuan wisata yang tentunya memerlukan akses keuangan saat beraktivitas di lokasi itu.

“Artinya, orang sangat butuh. Orang datang juga itu (pengunjung, red) banyak ke kios ini untuk tarik tunai, karena mungkin mereka sudah terbiasa tidak membawa uang tunai, orang kota kan!,” ucap Wanita berumur 48 itu.

TARGET INKLUSI BRI

BRI sendiri menaruh perhatian serius terhadap inklusi keuangan di Indonesia. Demi mewujudkan perekonomian maju perlu, Perseroan menilai perlu adanya motor penggerak meningkatkan inklusi keuangan. Hal tersebut selaras dengan salah satu visi BRI di 2025 yakni menjadi Champion of Financial Inclusion.

Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, mengatakan, BRI terus mengoptimalkan sumberdayanya demi memperluas jangkauan dan melakukan pemberdayaan melalui pengembangan ekosistem pembiayaan segmen usaha mikro dan ultra mikro, pun dengan Agen BRILink. Mengingat segmen tersebut merupakan sumber pertumbuhan baru perseroan yang masih sangat besar potensinya di Indonesia.

“Inklusi, pemberdayaan dan pemerataan itu sangat penting. Oleh karena itu kami yakin BRI yang core bisnisnya UMKM dan lebih spesifik lagi portofolio kredit mikro mencapai lebih dari 40 persen, maka kami akan fokus melayani masyarakat seluas-luasnya, mendukung inklusi keuangan di Negeri ini,” ucap Supari.

Kata Supari, dalam memperkuat pemberdayaan bisnis mikro, pihaknya terus berkomitmen mengimplementasikan prinsip-prinsip Environmental, Social & Governance (ESG).

Sebab, segmen bisnis mikro dinilai menjadi backbone pertumbuhan BRI, porsi kredit mikro BRI terus tumbuh dari tahun ke tahun, dari 34,3 persen pada 2018, menjadi 43 persen di akhir kuartal II 2023, dan ditargetkan mencapai 45 persen pada 2025 mendatang.

Sebagaimana roadmap financial inclusion BRI, Perseroan menargetkan kontribusi 70 persen terhadap peningkatan inklusi keuangan pada 2024 atau sebanyak 121,6 juta nasabah.

Pada 2023 ini, BRI menargetkan kontribusi 65,4 persen terhadap inklusi keuangan atau sekitar 107,5 juta nasabah.

Strategi pemberdayaan BRI berada di depan pembiayaan sehingga Perseroan mampu membangun risk appetite yang lebih baik demi menjangkau setiap level entrepreneurship dengan pelbagai skema yang sesuai kapabilitas nasabah.

Mengacu pada empowerment framework yang dimiliki BRI, Perseroan membagi target inklusi keuangan sesuai dengan level entrepreneurship nasabah dimana level terbawah atau level dasar yakni unfeasible unbankable. Lalu level tengah yaitu feasible unbankable, dan level paling atas yaitu feasible bankable.

Artinya, fokus BRI tidak hanya pada pembiayaan dan bantuan materil untuk segmen mikro, melainkan juga dengan journey pemberdayaan yang di antaranya berbentuk pelatihan dan literasi bisnis.

“Tentunya kalau kita mau mengangkat UMKM ini betul-betul jadi kontributor perekonomian, maka kita harus membangun kapabilitas di sektor tersebut, dalam hal ini kapabilitas empowerment atau pemberdayaan,” pungkasnya.

“Agen Laku Pandai milik BRI mampu menjawab karakteristik nasabah di tataran ekonomi akar rumput. Saat ini, masih banyak nasabah yang lebih senang bertransaksi perbankan lewat agen,” tambahnya.

Hingga September 2023, berdasarkan data BRI, bisnis AgenBRILink tercatat terus meningkat. Jumlah agen telah mencapai lebih dari 698 ribu agen dengan total nilai transaksi yang meningkat 20,77 persen menjadi sebesar Rp1.163 triliun.

Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) BRI, Sunarso, mengungkapkan, AgenBRILink telah mampu meningkatkan akses masyarakat di berbagai daerah terhadap pelbagai layanan keuangan BRI.

Sunarso mengungkap dalam satu tahun (2022) transaksi masyarakat lewat BRILink bisa tembus hingga Rp 1.297 triliun. “Ini jadi angka yang fantastis di tengah proses akselerasi akses produk perbankan di masyarakat daerah, yang jadi fokus penetrasi BRI,” tuturnya.

Menurut Sunarso, besarnya transaksi yang dilakukan secara semi-konvensional itu, terjadi di tengah fokus proses bisnis menuju digitalisasi. Kendati demikian, masyarakat di daerah juga masih banyak yang melakukan transaksi secara konvensional lewat AgenBRILink.

“Strategi hybrid bank atau perpaduan pengembangan digitalisasi di perbankan sambil terus menyediakan layanan konvensional jadi strategi BRI menghadapi era digitalisasi,” kata Sunarso.

LUK PANENTENG JADI DESA EKOSISTEM KEUANGAN INKLUSIF OJK

Setali tiga uang, gerak inklusi keuangan di Desa Luk Panenteng juga dilakukan oleh Kantor OJK Sulteng. OJK menjadikan desa tersebut sebagai desa program Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI).

Kepala OJK Sulteng, Triyono Raharjo, menuturkan, program itu diharapkan dapat mempercepat pengembangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

“Dalam program ini, ada pendampingan mulai dari pra-inkubasi, inkubasi dan pasca-inkubasi,” katanya, belum lama ini.

Triyono mengatakan, program EKI berorientasi mengoptimalkan potensi di perdesaan seperti; potensi alam, budaya, sosial, dan finansial dengan ketersediaan akses keuangan dari berbagai sektor jasa keuangan seperti perbankan, pembiayaan dan layanan industri jasa keuangan (IJK) yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Kata Triyono, program EKI akan memadukan peran para pemangku kepentingan di daerah seperti Pemda, Kemenparekraf, Kemendes, OJK dan Bank Indonesia (BI) dengan pelbagai layanan dan produk lembaga jasa keuangan, sebut saja program Rekening Pelajar (Kejar), program Laku Pandai, KUR, UMi, Security Crowd Funding (SCF), dan QRIS.

Program EKI selanjutnya akan dimanfaatkan oleh Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) untuk mengakselerasi literasi dan inklusi keuangan.

“Desa Luk Panenteng dipilih menjadi kick off EKI dengan mempertimbangkan potensi wisata Danau Paisupok sepaket dengan Laguna Paisubatango dan Pantai cantik Poganda serta keindahahan ekosistem bawah laut di spot diving. Selain itu untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan,” tutup Triyono Raharjo.  RHT