SULTENG RAYA – Sudah menjadi sebuah keharusan, pengembangan usaha memerlukan modal yang mempuni untuk berkebang. Pelbagai cara bisa ditempuh untuk pelaku usaha mengakses modal, salah satunya dari pembiayaan perbankan.
Seperti Norman (38) yang memanfaatkan fasilitas permodalan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Berkat bantuan modal tersebut, bisnis roti rumahannya kini semakin melejit.
Kepada detikcom, warga Desa Mijen, Kudus tersebut pun menceritakan lika-liku yang dialami dalam merintis bisnis roti. Dikatakan Norman, dulu dia sempat bekerja sebagai sales di salah satu pabrik roti. Namun kemudian dia memutuskan untuk berhenti, dan nekat membuka usaha sendiri meski dengan modal seadanya.
“Modal awal saya sekitar Rp 2 juta. Saya beli alat-alat bekas itu di pabrik roti yang sudah tidak produksi lagi,” katanya, melansir Detikcom.
Norman mengatakan dirinya tak memiliki pengalaman di bidang usaha maupun kuliner. Ia belajar cara membuat roti secara otodidak, hanya dengan melihat video tutorial di internet.
“Jadi nyoba-nyoba. Gagal itu ya bolak-balik, sering. Nggak kehitung, bisa 10 kali lebih. Tapi kita kan nggak boleh putus asa,” ucapnya.
Tak sampai disitu, di masa awal membangun bisnis ia cukup kesulitan memasarkan produk. Ditambah roti buatannya juya sempat menerima banyak komplain dari pembeli. Tidak sedikit pembeli yang membandingkan roti buatannya dengan yang ia jual semasa menjadi sales.
“Awal-awal sering dikomplain dan dikritik. Katanya rotinya kok keras. Kok nggak seperti roti yang dijual dulu. Dulu kan bisa bertahan 1 minggu, tapi kok ini 2 hari sudah berjamur. Cepat jamuran,” tuturnya.
Namun hal tersebut tidak lantas mematahkan semangat Norman. Ia justru menjadikan kritik sebagai pemacu semangat untuk menjadi lebih baik.
Setelah hampir 11 tahun berjalan, bisnis roti rumahannya kini sudah semakin berkembang. Menurutnya kesuksesan ini tak lepas dari peran BRI yang memberikan bantuan KUR sebagai modal untuk meningkatkan usaha.
“(Saya) pinjam (dari Bank BRI) tahun 2020. Buat beli alat press dan mixer yang besar. Bisa masuk 5 Kg, lebih cepat,” jelasnya.
Norman menyebut sejak memiliki mixer dengan kapasitas yang lebih besar, kini tokonya bisa memproduksi hingga 5.000 roti dengan 4 varian dalam sehari. Padahal dahulu, per harinya usaha Wali Bakery hanya mampu menghasilkan 1.000 roti saja.
“Dulu cuma bikin 1.000 per hari karena keterbatasan tenaga,” tuturnya.
Tak hanya kapasitas produksinya saja yang meningkat. Jumlah karyawan pun semakin bertambah. Dikatakan Norman dalam membuat roti saat ini ia dibantu 7 karyawan. Mereka adalah tetangga di sekitar tempat tinggalnya.
Diketahui, roti-roti produksi Wali Bakery tak hanya dijual di wilayah Kota Kudus, melainkan hingga ke Demak dan Jepara. Dari usahanya tersebut kini ia mampu meraup omzet hingga jutaan rupiah dalam sehari.
Sementara itu, Kepala Bank BRI Unit Kaliwungu Kudus Toma Idayanto mengatakan di samping bantuan modal, pihaknya juga memberikan pendampingan kepada klaster usaha unggulan di Desa Mijen, seperti klaster sak. Sebab usaha ini dinilai memiliki potensi untuk berkembang dan naik kelas.
“Kami melihat dari proses sampai dengan penjualan nya masih memakai cara yang konvensional sehingga perlu inovasi-inovasi dalam pengembangan usaha tersebut di antaranya mengarahkan proses pengolahan peralatan yang lebih efisien seperti pengadaan peralatan yang lebih modern, mengarahkan cara pengemasan produk yang lebih eksklusif sehingga punya nilai jual lebih tinggi, serta mengajarkan cara penjualan secara digital baik di medsos (media sosial) maupun e-commerce,” katanya.
Sebagai informasi, Desa Mijen merupakan salah satu finalis program Desa BRILian 2022 yang diadakan oleh BRI. Adapun tujuan dari program pemberdayaan ini yaitu mendorong ekosistem mikro desa dari yang sekadar usaha mikro menjadi usaha kecil/menengah yang bisa dijadikan produk unggulan dan bisa dijual ke luar wilayah, baik secara onsite maupun online. DTK/RHT