SULTENG RAYA- Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas  Muhammadiyah (Unismuh) Palu kembali melaksanakan pengajian rutin, kali ini bekerjasama dengan Fakultas Teknik, dilaksanakan di Masjid Ulil Albab, Sabtu (18/10/2025).

Pengajian yang mengangkat tema “AI dalam perspektif Islam” itu dihadiri segenap sivitas akademika kampus biru Unismuh Palu, mulai dari mahasiswa, dosen, staf hingga pimpinan universitas dengan menghadirkan pemateri Dr. Ir. H. M. Yazdi Pusadan,  S.Kom., M.Eng.  IPM akademisi dari Universitas Tadulako.

Wakil Rektor 3 Unismuh Palu, Dr. Budiman, M.Kes saat membuka pengajian tersebut menilai tema yang diangkat itu sangat relevan dengan kondisi yang ada saat ini. Menurutnya, kemajuan teknologi, digital, dan kecerdasan buatan (AI) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia modern.

“Dunia teknologi, digital, dan AI banyak membantu dalam pekerjaan kita sehari-hari, namun di sisi lain banyak juga yang mengkhawatirkan dampaknya, sehingga kita membutuhkan pedoman dalam penggunaannya, salah satunya melalui pengajian ini,”ujar Budiman.

Dr. Yazdi Pusadan dalam pemaparannya menyampaikan trend digital telah menjadi kebutuhan manusia. Pemerintah Indonesia pada Tahun 2020 disebut sebagai tahun digital, artinya sejak tahun itu penggunaan digital dimulai di segala sektor. Puncaknya pada tahun 2022, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, pemerintah mencanangkan perceparan transformasi digital di masyarakat.

Kini telah muncul ekonomi digital bahkan menjadi kunci masa depan ekonomi dunia, belanja tanpa harus menggunakan uang secara fisik. Termasuk dalam hal investasi seperti bitcoin. Belum lagi “marketplace” di pasar digital, platform yang mempertemukan penjual dan pembeli secara daring. “Ini sudah menjadi trend di masyarakat,”sebut Dr. Yazdi Pusadan.

Namun di sisi lain sebutnya, Indonesia masih terdapat kendala seperti SDM dan dukungan infrastruktur. “Ini juga menjadi catatan dan tantangan pemerintah,”ujarnya.

Selain manfaat besar yang ditawarkan, Dr. Yazdi juga menyebut ada sisi gelap dari kemajuan teknologi digital. Ia menilai bahwa ruang digital kini kerap dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk menyebarkan paham radikalisme dan hoaks.

“Polda Sulawesi Tengah saja dalam sebulan menerima sekitar 40 laporan terkait penyebaran informasi hoaks. Ini menunjukkan bahwa kemajuan teknologi juga menghadirkan ancaman baru jika tidak disertai dengan literasi digital yang baik,” ungkapnya.

Menurutnya, generasi Z merupakan pengguna media sosial terbanyak dan kini semakin akrab dengan teknologi kecerdasan buatan. Ia mencontohkan, banyak mahasiswa yang mulai mengandalkan AI untuk menyelesaikan tugas kuliah atau bahkan pembuatan jurnal ilmiah.

“Sekarang banyak tugas kuliah dikerjakan menggunakan AI. Mau dilarang juga sulit, karena teknologi ini sudah menjadi bagian dari kehidupan akademik. Namun, tentu kita harus menyikapinya dengan bijak,” tuturnya.

Dr. Yazdi menegaskan bahwa meskipun AI mampu membantu manusia dalam berbagai aspek, penggunaannya tetap harus berada dalam koridor etika dan nilai-nilai Islam. Di sinilah katanya pentingnya peran ulama dan tokoh agama untuk terus memberikan panduan moral dalam menghadapi perkembangan teknologi.

“AI memang membantu manusia, tapi di sisi lain ada dampak negatifnya. Karena itu, kebijaksanaan sangat dibutuhkan dalam penggunaannya. Apa pun yang terjadi, peran ulama tidak bisa digantikan oleh mesin,” tegasnya.

Ia pun mengingatkan bahwa Islam tidak menolak kemajuan teknologi, tetapi menempatkan manusia sebagai pengendali utama yang bertanggung jawab atas pemanfaatannya. “Silakan gunakan digital dan AI, tetapi tetap dalam batasan yang diperbolehkan oleh ajaran Islam,” tambahnya. ENG