SULTENG RAYA – Tim Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako, melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat di Desa Tabarano, Kecamatan Mori Utara, Kabupaten Morowali Utara.
Kegiatan berupa edukasi bertajuk Intragated Pest Management Hama Kumbang Tanduk (Oryctes rhinocerosL.) pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) – dilaksanakan di Balai Desa Tabarano, 27-28 Agustus 2025 lalu.
Dipilihnya lokasi tersebut karena Desa Tabarano menjadi salah satu desa yang mendapat program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dari pemerintah pusat dan disalurkan langsung ke kelompok tani.
Namun, sebagian besar tanaman yang ditanam mengalami kegagalan disebabkan rendahnya manajemen yang baik dalam budidaya kelapa sawit, khususnya pengendalian hama.
Program pengabdian masyarakat dalam bentuk penyuluhan dan pelatihan dalam pengelolaan hama kumbang tanduk pada perkebunan kelapa sawit petani rakyat program PSR di Desa Tabarano, Morowali utara sangat perlu dilakukan.

Metode yang digunakan adalah Integrated Pest Management Hama Kumbang Tanduk dengan pendekatan mekanis, kimiawi dan pemupukan organik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman pasca serangan serta mengubah persepsi pekebun terkait manajemen budidaya kelapa sawit yang berkelanjutan.
Materi kemudian disampaikan oleh Ifert Ehrlick Tudon, STP., M.Sc. Pemaparan materi mengenai jenis serangga kumbang tanduk, gejala serangan hama kumbang tanduk pada kelapa sawit TBM berupa daun muda sobek atau berlubang dengan bentuk khas seperti “V” atau huruf segitiga pada helaian daun.
Daun tombak (spear leaf), kata Ifert sering terlihat patah, berlubang, atau tidak terbuka sempurna. Bila serangan berat, pucuk daun bisa kering dan busuk, menghambat pertumbuhan tanaman. Tanaman yang mati pucuk akibat serangan awal sering menunjukkan bentuk “crown broken” (mahkota patah).
PENGENDALIAN TERPADU
Pada kegiatan itu, dilakukan pemasangan jaring ikan pada kebun sawit, petani dapat menggunakannya sebagai perangkap mekanis kumbang tanduk.
“Pengendalian hama kumbang tanduk ini dilakukan untuk menekan jumlah populasi kumbang tanduk yang menyerang serendah mungkin di lahan perkebunan kelapa sawit masyarakat desa tabarano. Dengan menurunnya populasi hama kumbang tanduk diharapkan serangan terhadap kelapa sawit akan semakin turun,” kata Ifert.
Selanjutnya, ada pembuatan perangkap menggunakan feromonas. Feromonas adalah feromon agregat sintetik untuk kumbang tanduk Oryctes rhinoceros yang banyak menyerang tanaman kelapa sawit dan kelapa. Satu perangkap untuk luas dua hektare.
Ada pula pembuatan materi pupuk kompos sebagai alternatif penggunaan pupuk organik dalam menunjang pertumbuhan dan recovery tanaman kelapa sawit akibat serangan hama kumbang tanduk.
Selanjutnya yakni kegiatan pemberian bahan kimia pada pucuk daun muda tanaman kelapa sawit berbahan aktif karbufuran dosis satu sendok satu tanaman.
DISKUSI
Pada sesi diskusi, salah seorang masyarakat petani, Rut menanyakan perihal mengenai apakah sebaiknya kelapa sawit yang memiliki buah abnormal atau berbuah cengkeh diganti atau dibiarkan saja.
“Tanaman yang berbuah cengkeh sebaiknya diganti, karena sepanjang hidupnya akan mengeluarkan buah yang abnormal. Buah abnormal tidak memiliki nilai ekonomi,” jawab Ifert.
Selanjutnya, pak Mbaro menanyakan perihal apakah hama kumbang tanduk dapat mematikan tanaman kelapa sawit.
“Pada tanaman Tanaman belum menghasilkan (TBM) hama kumbang tanduk dapat mematikan tanaman kelapa sawit,” kata Ifert.
Selanjutnya, Mudi menanyakan bagaimana meningkatkan produksi hasil panen kelapa sawit?.
“Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit perlu dilakukan pemupukan tepat dosis, jenis dan waktu. Selain itu juga diperlukan pengendalian gulma pada piringan tanaman agar pupuk yang diberikan dapat terserap seluruhnya oleh tanaman tanpa ada persaingan dengan gulma,” jawab Ifert.
Kegiatan kemudian mendapatkan apresiasi dari Kepala Desa Tabarano, Elim Danto Laula, S.Sos. Menurutnya, kegiatan tersebut sangat bermanfaat dan positif bagi perkembangan petani sawit di Desa Tabarano. Sebab, lanjutnya, selama ini, hama kumbang tanduk menjadi salah satu tantangan utama petani dalam meningkatkan produktivitas kelapa sawit.
“Dengan adanya pendampingan ini, kami berharap serangan hama kumbang tanduk ini dapat dikendalikan sehingga pertumbuhan kelapa sawit masyarakat bisa lebih optimal,” kata Kades.
Ia juga menambahkan bahwa kegiatan positif seperti ini perlu terus berlanjut, agar sinergi antara Universitas Tadulako dan masyarakat desa Tabarano dapat semakin erat, serta memberi dampak nyata pada peningkatan kesejahteraan petani kelapa sawit di Desa Tabarano. RHT