SULTENG RAYA – Tim peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Palu melangsungkan sosialisasi tentang pendidikan kesehatan reproduksi kepada remaja putri di Madrasah Aliyah (MA) Putri Aisyiyah Palu, Jalan Hangtuah, Kelurahan Talise, Kamis (7/8/2025).
Kegiatan serupa juga dilaksanakan di MTs Muhammadiyah Al-Haq, Jalan Suprapto, Kota Palu, Rabu (6/8/2025).
Adapun tim peneliti dalam program ini yakni Dra. Hj. Herlina Yusuf., M.Kes, Indra Afrianto, SKM., M.Kes, dan Salma .
Mereka memberikan sosialisasi ihwal fase kritis dalam tumbuh kembang seorang perempuan. Pada tahap ini, berbagai perubahan fisik, psikologis, hingga sosial terjadi secara cepat dan bersamaan. Untuk itu, penting memberikan edukasi kesehatan reproduksi sejak dini bagi remaja putri, demi mencegah gangguan kesehatan di masa depan.
Remaja putri, khususnya mereka yang berusia 10 hingga 19 tahun, mulai mengalami perubahan yang menandai kesiapan organ tubuh untuk fungsi reproduksi. Menurut mereka, perubahan ini mencakup pertumbuhan payudara, menstruasi pertama (menarke), hingga munculnya rambut di area tubuh tertentu.

Selain itu, perubahan hormon menyebabkan pertumbuhan tinggi dan berat badan yang signifikan, munculnya jerawat, serta bau badan akibat aktifnya kelenjar keringat.
Tak hanya fisik, aspek psikologis dan sosial pun ikut berubah. Remaja cenderung mengalami emosi yang tidak stabil, lebih sensitif terhadap penilaian teman sebaya, serta mulai tertarik pada lawan jenis. Pada tahap ini, muncul pula kebutuhan untuk menemukan identitas diri dan membangun kemandirian.
“Remaja putri butuh bekal informasi yang benar dan bimbingan yang tepat, bukan hanya dari sisi biologis, tetapi juga dari aspek psikologis dan sosial,” kata Herlina Yusuf.
PERAWATAN DIRI JADI KUNCI
Penting bagi remaja putri untuk mempraktikkan perawatan diri yang benar. Hal-hal mendasar seperti mandi dua kali sehari, mengganti pakaian dalam minimal dua kali sehari, serta menghindari penggunaan celana dalam ketat sangat disarankan.
Dalam menjaga kebersihan organ intim, ditekankan agar remaja mencuci dari depan ke belakang menggunakan air bersih mengalir, serta menghindari penggunaan sabun berpewangi atau antiseptik berlebihan karena dapat mengganggu keseimbangan pH vagina.
Saat menstruasi, pembalut perlu diganti setiap 3–4 jam atau saat terasa penuh. Kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pembalut juga sangat penting untuk mencegah infeksi.
RISIKO PENYAKIT DAN PENCEGAHANNYA
Remaja putri juga berisiko mengalami beberapa masalah kesehatan reproduksi, seperti anemia akibat kekurangan zat besi, dismenore (nyeri haid hebat, red), dan sindrom ovarium polikistik (PCOS). Di samping itu, potensi penularan penyakit menular seksual seperti gonore, sifilis, HPV, hingga HIV/AIDS juga menjadi perhatian.
Pencegahannya?, remaja perlu mendapatkan edukasi yang cukup tentang risiko seks bebas, pentingnya menjaga kebersihan organ reproduksi, serta menjauhi perilaku berisiko seperti pertukaran jarum suntik.
POLA HIDUP SEHAT SEBAGAI BENTENG
Sebagai langkah pencegahan, remaja dianjurkan untuk mengonsumsi makanan bergizi tinggi zat besi, seperti sayur, buah, dan protein hewani. Pemerintah juga mendorong program konsumsi tablet tambah darah sekali seminggu bagi remaja putri. Olahraga teratur dan tidur yang cukup juga tak kalah penting untuk menunjang kesehatan reproduksi.
Dalam persentasenya, mereka menegaskan kesehatan reproduksi bukan hanya soal organ tubuh, tapi juga menyangkut pengetahuan, mental, dan pola hidup. Maka dari itu, semua pihak—termasuk orang tua, sekolah, hingga tenaga kesehatan—perlu aktif memberikan informasi dan pendampingan kepada remaja.
“Dengan edukasi yang tepat, remaja putri dapat tumbuh menjadi perempuan dewasa yang sehat, percaya diri, dan mampu menjaga kesehatan reproduksinya dengan baik,” tutup Indra Afrianto. RHT