SULTENG RAYA – PT Buashao Taman Industry Invesment Group (BTIIG) atau Indonesia Huabao Industrial Park (Huabao Indonesia) terus menggalakkan program Corporate Social Responsibility (CSR).

Kali ini, pihak Huabao memenuhi undangan menjadi narasumber dari Perwakilan BKKBN Sulawesi Tengah bertajuk Media Sosial, Tantangan dan Peluang Masa Depan Gen Z dan Alpha dalam rangkaian Jambore Ajang Kreatifitas (Adujak) GenRe tingkat Provinsi Sulteng yang diikuti 72 Duta GenRe dari 13 kabupaten-kota di Sulteng, belum lama ini di Kota Palu.

External Relations Manager Indonesia Huabao Industrial Park, Cipto Rustianto, mengatakan, sejak hadir di bumi Morowali, perusahaan melalui program CSR-nya menaruh fokus pada pengembangan soft skill di bidang pendidikan. Program itu bertajuk Huabao Youth Empowering Chambers (HYEC).

“Hal ini sejalan dengan undangan Perwakilan BKKBN untuk memberikan edukasi tentang media sosial kepada 72 peserta Duta GenRe sebagai respresentatif generasi Gen Z dan Alpha dari 13 kabupaten kota di Sulteng, termasuk wakil dari Kabupaten Morowali,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Sulteng Raya, Senin (1/7/2024).

Cipto menjelaskan, keberadaan internet dan khususnya sosial media membawa banyak perubahan di dunia bagai dua sisi mata uang. Jika dimanfaatkan secara cerdas, lanjutnya, internet memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif bagi pengguna.

“Namun, jika digunakan dengan tidak bijak, internet dan social media dapat menimbulkan berbagai ancaman, risiko keamanan dan privasi, serta potensi penyalahgunaan internet yang merugikan penggunanya,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Hasrul, mewakili pihak Communication & Media Relations Huabao Indonesia yang diutus menjadi narasumber menjelaskan, tingginya angka penggunaan sosial media dan internet dapat semakin mempercepat penyebaran informasi dan konten negatif, apabila tidak dilakukan upaya pencegahan dengan menjadi netizen yang bijak dalam bersosial media.

Keberadaan konten negatif dapat merusak ekosistem digital tersebut, hal ini dapat diantisipasi dengan membangun kesadaran dari setiap individu. Pendampingan kegiatan literasi digital juga sangat diperlukan untuk membantu pengguna sosial media dan internet agar dapat membuat konten-konten inspiratif, positif, kreatif, dan unik. Indeks literasi digital dalam laporan ini diukur melalui empat pilar indikator besar, yakni digital skills, digital ethics, digital safety, dan digital culture.

Selain itu, para Duta GenRe juga diajarkan bagaimana memanfaatkan sosial media, mulai dari pemahaman tentang landscape media social, mempelajari algortima platform sosial media hingga cara mengelola akun social media untuk meningkatkan brand awareness ataupun untuk bisnis. RHT