Dalam pengajiannya, KH. Fathurrahman Kamal menegaskan bahwa risalah Islam berkemajuan yang diusung Muhammadiyah tidak terlepas dari dakwah Nabi Muhammad SAW. “Bila pandangan ini ditarik kepada alam pikir Muhammadiyah, Islam Berkemajuan tentulah sangat relevan, bahkan manifestasi nyata dari ruh ajaran Islam itu sendiri, bukan menawarkan varian dan polarisasi Islam baru sebagaimana yang dipahami sebagian pihak,” jelasnya.

Menurut KH. Fathurrahman, Islam Berkemajuan memiliki karakteristik yang berlandaskan pada tauhid, bersumber pada Alquran dan Sunnah, menghidupkan ijtihad dan tajdid, mengembangkan wasathiyah, serta mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Ia menekankan konsep wasathiyah atau jalan tengah yang merupakan ciri umat Islam sebagaimana disebut dalam Alquran. Islam, katanya, adalah agama tengahan yang menolak ekstremisme baik dalam bentuk sikap berlebihan (ghuluww) maupun pengabaian (tafrith). “Wasathiyah adalah posisi tengah di antara ultra-konservatisme dan ultra-liberalisme. Selaras dengan itu, wasathiyah menuntut sikap seimbang antara kehidupan individu dan masyarakat, lahir dan batin, serta duniawi dan ukhrawi,” paparnya.

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa wasathiyah harus tercermin dalam sikap sosial yang tegas dalam prinsip, luas dalam wawasan, dan luwes dalam interaksi. Umat Islam, katanya, harus menghargai perbedaan pandangan, menolak pengkafiran, serta memajukan masyarakat dengan sikap menggembirakan. “Kita juga harus memahami realitas, menghindari fanatisme berlebihan, serta memudahkan umat dalam menjalankan ajaran agama,” ungkapnya.

Di akhir tausiyahnya, KH. Fathurrahman merumuskan lima paradigma Dakwah Berkemajuan Muhammadiyah yang relevan di era sekarang. Pertama, Mencerahkan yakni membebaskan manusia dari kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan. Kedua, Menggerakkan atau memajukan dengan mendorong transformasi sosial menuju peradaban unggul. Ketiga, Menggembirakan, yakni menghadirkan dakwah dengan kasih sayang, bukan dengan mengherdik. Keempat, Menyatukan, yaitu mengikat perbedaan dalam bingkai kebangsaan dan kemanusiaan universal. Kelima, Menyapa generasi digital dengan pendekatan bahasa, gaya, dan platform yang akrab dengan Gen Z serta milenial.ENG