Melibatkan Siswa sebagai Agen Perubahan: Program peer counseling dan bystander intervention dapat memberdayakan siswa untuk saling melindungi dan menciptakan budaya saling menghargai.

Paradigma lama yang menganggap ejekan sebagai cara untuk “menguatkan mental” anak perlu diubah. Penguatan mental yang sesungguhnya adalah memberikan anak keterampilan untuk menghadapi tantangan hidup dengan dukungan dan lingkungan yang positif, bukan dengan membuatnya terbiasa dengan perlakuan buruk.

Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang menghargai dan melindungi akan memiliki resiliensi yang lebih kuat dibandingkan anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh ejekan. Mereka akan belajar untuk menghargai diri sendiri dan orang lain, serta memiliki empati yang lebih baik.

Sebagai pendidik dan orangtua, kita memiliki pilihan setiap hari: apakah kita akan melanggengkan budaya kekerasan verbal yang dinormalisasi, atau memilih untuk menciptakan lingkungan di mana setiap kata yang keluar adalah untuk membangun, bukan merobohkan?

Ingatlah bahwa di balik setiap tawa yang dipaksa oleh korban kekerasan verbal, tersimpan luka yang mungkin akan dibawanya seumur hidup. Sudah saatnya kita menyadari bahwa tidak ada yang lucu dari melihat orang lain terluka, meski itu “hanya” karena kata-kata.

Mari kita ciptakan generasi yang memahami kekuatan kata-kata – bahwa kata-kata dapat menyembuhkan atau melukai, dapat membangun atau menghancurkan. Pilihan ada di tangan kita: akankah kita menjadi bagian dari masalah, atau menjadi bagian dari solusi?*