“Genderang perang” transisi energi menuju energi baru terbarukan (EBT) sudah ditabuh. Orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo menjadi aktor penting di Republik ini untuk peralihan energi lewat pernyataannya pada World Hydropower Congress, di Bali Nusa Dua Convention Center, Selasa, (31/10/2023). 

SULTENG RAYA / RAHMAT KURNIAWAN

“Indonesia berkomitmen penuh mempercepat transisi energi melalui penambahan energi baru terbarukan dalam skala besar karena Indonesia kaya potensi energi hijau,” kata Presiden Joko Widodo dihadapan 1.000 delegasi dari 120 Negara.

Demikian menggambarkan komitmen kuat Indonesia dengan segala potensi EBT yang dimiliki.

Bahkan sebelum kongres itu, Indonesia memang telah mengambil ancang-ancang untuk roadmap net zero emmision (nol emisi karbon) pada 2050 dengan berpatron pada Perjanjian Paris, 2016 silam (Paris Aggrement), sebuah perjanjian internasional tentang perubahan iklim.

Perusahaan-perusahaan energi di Indonesia, juga berlomba-lomba untuk memantapkan komitmen yang telah digaungkan Presiden lewat instrumen-instrumen perencanaannya.

Dari tanah Sulawesi Tengah, komitmen energi bersih datang dari entitas bernama PT Poso Energy, salah satu perusahaan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) milik Kalla Group yang beroperasi di Kabupaten Poso dan merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia Timur.

Pada Februari tahun lalu, Presiden Jokowi juga telah berkunjung ke PT Poso Energy guna meresmikan salah satu pembangkit listrik tenaga air (PLTA) disana.

“Kita hanya pinjam air sungainya, kita diversi sedikit ke sekitar sisi sungai, kita terjunkan ke turbin, kemudian kembalikan lagi pada sistem sungai,” ungkap Direktur Utama PT PLN, Darmawan Prasodjo di momen itu saat mendampingi Presiden.

Ya, air jadi bahan baku utama PT Poso Energy dalam memproduksi listrik. Danau Poso dengan luas 323,2 meter persegi dan sungai-sungai di sekitarnya menjadi sumber perusahaan yang beroperasi sejak 2005 itu dalam menghasilkan listrik untuk masyarakat.

Namun lebih daripada itu, Danau Poso dan daerah aliran sungai (DAS) di lokasi itu juga menjadi sumber kehidupan masyarakat yang tinggal dan bermukim di dataran Poso beratus-ratus tahun yang lalu. Sudah sepantasnya, sumber kehidupan itu dijaga dan dirawat hingga ke masa yang akan datang.

Hal itu diaminkan oleh Manager Bisnis PT Poso Energy, Ismet Rahmad Kartono. Menurutnya, pihaknya menjaga betul kualitas air disana dengan komitmen energi bersih pada aktivitas operasional perusahaan.

“Ketika kami menggunakan air itu, maka sudah pasti kami adalah orang yang berdiri di garda terdepan menjaga kualitasnya. Air Danau Poso bisa menjadi air mineral, bisa dikemas, tetapi juga bisa kita bangkitkan menjadi energi,” katanya pada Workshop Daring bersama wartawan, Senin (20/11/2023).

“Memang tahap konstruksi agak kita ubah sedikit dengan eksplorasi kawasan, namun setelah itu, kita yang paling depan menjaga karena itu sumber energi kami,” ujarnya menambahkan.

Dikatakannya, PLTA Poso merupakan pembangkit listrik ramah lingkungan dan tidak menghasilkan limbah apapun. Dengan sistem kerja meminjam atau mengalihkan 80 sampai 95 persen air sungai untuk menggerakan turbin, air tersebut akan kembali lagi ke badan sungai dan mengalir ke Danau Poso.

“Dan itu tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas air. Kualitas air sungai poso yang sudah sedari dulu sangat bersih menjadi keuntungan tersendiri bagi PLTA Poso,” katanya.

Mengapa? karena kualitas air yang baik juga menjadi salah satu indikator penghasil listrik agar lebih optimal untuk PLTA. Sebab, turbin penggerak secara otomatis akan terpelihara dengan baik jika mengelola air dengan kualitas baik.

“Bila air keruh maka akan mempercepat kerusakan turbin dan membutuhkan biaya yang lebih besar untuk pemeliharaan turbin, sehingga PT Poso Energy selalu menjaga agar kualitas air selalu baik,” tegasnya.

Menjaga Kehidupan Satwa Endemik

Berbicara tentang air, tentu tidak lepas dari kehidupan didalamnya. Danau Poso terkenal dengan sumber daya ikan Masapi atau Sogili atau Sidat. Ikan dengan nama latin Anguilla Marmorata itu merupakan ikan endemik Danau Poso yang harus terus dijaga kelestariannya.

Fishway (kanan) di bendungan PLTA Poso. FOTO: DOK. POSO ENERGY

Sogili merupakan hewan yang menghabiskan waktu hidupnya di perairan tawar khususnya sungai, dan kemudian ke laut untuk bertelur. Usai bertelur, indukan ikan sidat akan kembali ke air tawar.

Siklus hidup ikan sidat umumnya terdiri dari lima stadia, yakni larva (leptocephalus), benih ikan sidat (glass eel), ikan sidat berpigmen (elver), ikan sidat muda (yellow eel), dan ikan sidat dewasa (silver eel).

PT Poso Energy, kata dia, menyadari betul hal itu. Sehingga, perusahaan membuat sebuah infrastruktur yang ramah terhadap Sogili agar bisa memiliki kehidupan bebas meskipun tempat tinggalnya dieksplorasi.

Kepala Divisi Humas PT Poso Energy, Muhammad Syafri mengatakan, pada dua bangunan air PLTA Poso yakni Regulating DAM dan Weir, perusahaaan melengkapi dengan fasilitas jalur migrasi ikan (fishway) dari danau ke muara, begitupun sebaliknya.

Uji efektifitas fishway, kata dia, telah dikaji oleh BRIN (LIPI) bekerja sama dengan Dinas Perikanan Kabupaten Poso dan Fakultas Perikanan Universitas Tadulako.

“Poso Energy soal sogili, kita bangun semacam tangga ikan (fishway, red) dimana ikan-ikan ini bisa tetap hidup di Danau Poso seperti biasanya. Kita buat saluran agar ikan ini bisa lewat di jalur itu untuk menjaga kelestariannya. Ikan Sogili punya kehidupan mirip ikan Salmon. Karena PLTA ini sudah dibangun sejak dulu, banyak permasalahan dan dikembangkan pula solusinya,” ucapnya.

Selain fasilitas fishway, pada bangunan air PLTA Poso, pelestarian ikan sidat juga dilakukan dengan cara restocking ikan sidat baik di muara sungai poso maupun di danau sejak 2012 dengan tonase 1.045 kilogram (kg). Program restocking tersebut, kata Syafri, terus berlanjut hingga saat ini.

Metode restocking juga dilakukan bekerja sama dengan Fakultas Perikanan Untad, Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC), dan Komunitas Bengkel Sidat di Poso dengan melakukan tagging ikan pada beberapa ikan yang dilepas di hulu sungai maupun di hilir sungai.

Selain itu, pasca-eksplorasi pembangunan infrastruktur, PT Poso Energy menggalakkan program reboisasi hutan hingga saat ini demi menjaga hutan tetap asri dan lestari.

“Beberapa program reboisasi kita galakkan, kita selalu pantau dimana hutan yang mulai gundul-gundul, kita bersama warga juga. Agar hutan di sekitar wilayah operasional terjaga, satwa-satwa disana tetap memiliki tempat tinggal,” ucapnya.

Upaya menjaga kualitas air dan kelestarian kehidupan didalamnya menjadi aksi nyata komitmen bersih PT Poso Energy dalam beroperasi. Potensi penambahan produksi listrik masih sangat besar, simetris dengan melimpahnya sumber daya Danau Poso dan sungai-sungai yang mengalirinya.

Ismet Rahmad Kartono menyebutkan potensi pengembangan produksi listrik PLTA Poso bisa mencapai 900 megawatt (MW) dari yang saat ini bisa diproduksi 515 MW.

“Kita berusaha untuk memberikan energi masa depan untuk Indonesia. Kita diberi begitu banyak kepercayaan, memiliki potensi energi bersih yang luar biasa, PT Poso Energy sudah berjalan 515 megawatt. Kita cukup agresif dalam EBT ini. Menuju 900 MW, adalah sebuah cita-cita yang bisa diwujudkan,” tegasnya. ***