oleh

Di Palu Marak Perdagangan Burung

-Kota Palu-dibaca 1,037 kali

SULTENG POST – Seorang pengamat peternakan di Sulawesi Tengah prihatin maraknya pedagangan satwa, khususnya burung di Kota Palu sehingga perlu mendapat perhatian pemerintah.

“Jika perniagaan dan perdagangan burung terus terjadi dan tidak segera diantisipasti pemerintah daerah, bukan tidak mungkin ada jenis burung tertentu akan punah,” katanya di Palu, Rabu (1/10).

Ia mengatakan di Kota Palu saat ini perdagangan burung cukup marak.

Maraknya perdagangan burung, mendorong masyarakat yang bermukim di sekitar hutan, termasuk dalam Kawasan Taman Nasional Lore Lindu memburu satwa untuk kemudian mereka menjualnya kepada para pedagang.

Baca Juga :   Manfaatkan Potensi Panas Bumi, PGEO Komitmen Hadirkan Energi Bersih dan Ramah Lingkungan

Sementara kata dia, ada sekitar 70 persen jenis burung yang dilindungi berada di Kawasan Taman Nasional itu.

“Saya khawatir perburuan terhadap beberapa jenis burung, termasuk endemik Sulawesi untuk kepentingan niaga bisa mengancam populasi satwa dilindungi tersebut di Kawasan TNLL,” katanya.

Karena itu, sudah saatnya pemerintah dan DPRD untuk memikirkan penyelamatan satwa dengan mengeluarkan peraturan daerah (Perda).

Pemerintah daerah dan pihak legislatif sudah waktunya membuat Perda perlindungan satwa sehingga masyarakat tidak lagi memburu untuk diperjual-belikan.

“Kalau ada payung hukum, maka petugas akan lebih mudah dan tegas dalam melakukan perlindungan terhadap satwa-satwa yang ada dan kini banyak diburu masyarakat,” kata peneliti peternakan yang hingga kini masih aktif mengabidikan diri untuk burung di Kawasan TNLL itu.

Baca Juga :   Kakanwil Ulyas Kukuhkan Pengurus Forum Musyawarah ‘Pelita Kita’ Sulteng

Idris mengatakan ada sekitar 265 jenis burung hidup dan berkembangbiak di TNLL yang memiliki luas real hutan mencapai 217 ribu hektare. Taman ini kian memesona dengan kicau burung-burung endemik yang bersiul-siul disekitar Danau Tambing. 30 persen diantaranya endemik yang tak ditemukan di daerah lain, seperti Nuri Sulawesi (Tanygnatus sumatrana), Kakatua (Cacatua sulphurea), Rangkong (Buceros rhinoceros dan Aceros cassidix) atau Pecuk ular (Anhinga rufa). ANT

Komentar

News Feed